To read this blog in English, click here

Thursday, January 7, 2010

WONDERFUL TWO

Usia 1,5 - 3 tahun merupakan masa yang significant dalam pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. It’s an important stage of development. Pada tahap ini anak-anak mulai memasuki tahap awal pendewasaan secara intelektual dan emosional. Mereka mulai menyadari bahwa mereka memiliki keinginan pribadi dan mulai merasakan gejolak emosi yang beraneka ragam; senang, sedih, kecewa, takut, excited, dan lain sebagainya.

Banyak orang menyebut fase perkembangan yang penting ini sebagai “terrible two” karena anak-anak yang semanis malaikat pun sepertinya secara tiba-tiba berubah karakternya, seratus delapan puluh derajat.

Parenting yang ideal pun tidak dapat mencegah terjadinya fase ini. Usaha terbaik yang dapat kita lakukan adalah dengan menolong anak-anak kita melalui fase ini dengan baik.

Seumpama seorang buta yang baru dicelikkan, demikian pula halnya dengan anak-anak pada masa ini. Tiba-tiba mereka “melihat” begitu banyak hal yang perlu dieksplorasi, dan pada saat yang bersamaan semuanya begitu asing dan baru bagi mereka.

Sebagai langkah pertama, kita dapat menolong mereka untuk mengidentifikasi semua perasaan dan keinginan yang mereka miliki. Kemudian berilah arahan yang singkat dan jelas tentang bagaimana mengatasinya.

Contoh, ketika seorang batita menangis menjerit-jerit. Pertama-tama, cari tahu apa yang menjadi pemicunya. Apakah karena ia menginginkan sesuatu atau karena penyebab yang lain. Misalnya ia menginginkan sesuatu yang letaknya terlalu tinggi sehingga ia merasa frustasi karena tidak bisa meraihnya, maka yang harus kita lakukan adalah:

1. Memeluk untuk menenangkannya terlebih dahulu.
2. Kemudian kita dapat menggendongnya mendekati benda yang ingin ia raih.
3. Berkomunikasilah dengannya; misalnya sambil berkata,”oh, adik mau ambil boneka ya? Adik kesal karena bonekanya terlalu tinggi.”
4. Kemudian setelah memberikan boneka tersebut, tatap matanya dan katakan,” Lain kali, adik beritahu mama. Tunjuk mainan yang adik mau, nanti mama ambilkan.”

Kasus dan penyelesaian dapat beraneka ragam, contoh kasus di atas hanya memberikan gambaran tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan. Yang paling penting adalah bahwa langkah penyelesaian kita haruslah memenuhi tujuan berikut:

1. Memeluk dan menenangkan batita pada saat ia tantrum akan memberi rasa aman kepadanya karena tantrum terjadi karena batita tersebut belum dapat berkomunikasi dengan sempurna dan emotionally confuse karena ia sendiri tidak tahu perasaan apa yang berkecamuk di dalam dirinya.
2. Mengidentifikasi masalah dan memberikan jalan keluar.
3. Mengidentifikasi perasaannya dan memperkenalkan kepadanya dengan istilah yang benar, misalnya kesal, marah, sedih, dan lain sebagainya.
4. Memberikan future solution; apa yang harus ia lakukan jika menemui masalah lagi. Ajarkan batita untuk pertama-tama mencoba untuk berkomunikasi (memberitahu mama, menunjuk, dan sebagainya) kemudian yakinkan kepadanya bahwa kita akan selalu bersedia untuk menolongnya.


Don’t miss this important phase of development. Saya menganjurkan Anda untuk membaca buku atau mencari referensi yang baik mengenai hal ini. Oleh karena itu saya tidak akan menguraikan lebih lanjut mengenai “terrible two”, akan tetapi saya ingin membawa Anda untuk melihatnya dari sisi yang lain.

Beberapa tahun yang lalu, saya dan suami mengunjungi sebuah istana bernama Linderhoff yang terletak di Ammergau Alps, Germany. Istana ini merupakan kediaman dari raja Bavaria pada abad ke-18; King Ludwig II.

Sebelumnya, saya pernah melihat foto-foto dari istana ini yang sangat terkenal akan keindahan tamannya. Tetapi masalahnya kami datang pada musim dingin (winter). Saya tidak menemukan kebun yang indah seperti yang saya lihat di foto, malah sebaliknya yang saya lihat hanya dahan-dahan gundul yang semua pucuknya terbungkus dengan plastik. Sebuah kenyataan yang sangat jauh dari ekspektasi saya.

Masih lekat dalam ingatan saya ketika kami berjalan-jalan di taman tersebut, kami sempat berbincang-bincang dengan penjaga taman tersebut. Dan yang paling saya ingat adalah jawabannya ketika saya bertanya mengapa semua dahan satu per satu harus dibungkus dengan plastik. Ternyata selama musim dingin semua pucuk dahan harus dilindungi agar tidak mengering dan ketika musim semi tiba, semua dahan tersebut akan mampu menghasilkan bunga-bunga dan daun-daun yang indah. Jadi selama musim dingin, sang penjaga taman justru harus merawat dengan lebih hati-hati setiap dahan agar tidak menjadi kering.

Saya pikir, sama seperti penjaga taman tersebut, “terrible two” adalah masa dimana kita harus berusaha lebih keras dan sepertinya tanpa hasil. Tidak terlihat bunga-bunga indah yang dihasilkan dengan jerih payah kita, yang ada hanya dahan-dahan yang gundul.

Akan tetapi jika kita bisa membayangkan sebuah taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang indah beraneka warna, maka kita akan semakin hati-hati merawat setiap pucuk dahan yang ada.

Sepasti matahari akan terbit esok hari, sepasti itulah hari akan berganti. Musim akan berlalu, tak peduli apakah kita siap atau tidak. Bagaimana kita menikmati musim yang baru akan sangat tergantung dari bagaimana kita mempersiapkannya di musim yang lalu.

Ketika musim semi datang, kita akan melihat bunga-bunga indah bermekaran jika kita merawat pucuk-pucuk pohon dengan baik di kala musim dingin.

Jika kita lengah, kita akan cenderung untuk mengeluh lagi di musim semi karena kita tidak menemukan bunga-bunga di pohon kita, sementara kita melihat keindahan taman orang lain.

Just remember this, after winter will come the spring, when everyday the sun seems to shine a little brighter.


Digest:

There are times when we can’t see the beauty yet, but if we do the right thing during the winter, we will surely harvest the fruit of our hard work. If we navigate our children through their hard time, we will definitely take pleasure in the outcome when the new season arrives. So, there is no “terrible two”. There is only “wonderful two”,
because to everything there is a season, A time for every PURPOSE under heaven (Ecclesiastes 3:1, NKJV)

(diambil dari buku "A Box of Chocolates for Two)

No comments:

Post a Comment